Minggu, 13 November 2011

Sebelas November Duaribusebelas

11-11-11
November 11, 2011

Terang, tapi tidak untuk satu teman Laysa yang sekarang lebih memilih untuk diam. Sama sekali diam setelah ia dengan ceria mengabarkan 'terang' ini. Ia ada di hadapan Laysa sekarang, tapi betapapun tak akan bisa ia memeluknya dan sampai kapanpun. Ia dihadapannya dan tak akan bisa menyentuhnya. Tapi setidaknya, ia masih bisa puas memandangnya, bercerita tentang harinya yang tak begitu sempurna, bercengkerama panjang meski hanya dalam hati.

Usai 1 tahun 1 bulan 1 hari Laysa hidup di gubuk megah ini. Hanya ada kebersamaan di dalamnya, yang Laysa tak bisa lancar mengejanya dalam kata untuk keindahan itu. Terang itu di hadapannya, tapi tidak untuk satu teman Laysa. Ia masih saja diam. Mungkin, batin Laysa, ia juga sedang memandangnya.

Tak ada rintik malam ini. Merelakan sejenak untuk 'terang' yang menguasai langit malam ini. Jelas menyatu dan terurai pada siapa saja yang memandangnya. Menanti usai yang tak segera memulai, apakah akan terus seperti ini kami berurai dalam rinai-rinai yang Laysa sendiri tak temukan. Hapus, jika bagi kami terang ini lebih indah. Atau menunggu sependar kilat kuat kembali bersanding. Laysa masih tetap ada di hadapannya. Menanti usai yang tak kunjung memulai.

Hari ini, nyawanya sudah 1 tahun 1 bulan 1 hari bersama kawanan jiwa sepertinya, para pencari dan pemimpi. Namun, satu temannya mungkin sedang menari dengan ranahnya sendiri, yang Laysa hanya bisa merasakannya tanpa harus mengetahuinya.

Terang,
tapi tidak untuk satu teman Laysa.

Kamis, 03 November 2011

Riak..

Ia mainkan saja kedua kakinya, meski dangkal Laysa tahu kakinya kini mampu membedakan dingin dan sejuk setelah sekian lama ia menari bersama langkah langkahnya yang cepat dan lebar.
Riaknya semakin berirama ketika tiga pasang kaki menyetujui salam Laysa.
Laysa hanya tersenyum, senang dan bahagia ketiga temannya kini sedang bersamanya. Ia tak peduli apakah mereka seirama.

Di bawah rindang hutan belantara yang sama sekali tak rapi ini, Laysa menemukan setitik kesejukan yang terurai jelas dalam aliran air yang sedang bermain dengannya sekarang. Hanya sampai batas mata kaki, tapi setidaknya menikmati semata kaki kesejukan tersebut bersama tiga sahabat terbaiknya selama ini.

Ia pejamkan mata, menyimpan beningnya aliran air ini disana, menyimpannya tanpa ikat yang membebat. Menyimpannya perlahan seiring pelannya riak itu menyapa belantara luas.

Dan di oagi yang masih redup ini, Laysa menyusuri hutan, merasakan aliran riak air di kakinya, mendengarkannya bersama sahabat sahabatnya..