Kau tahu kawan, tak ada kegiatan yang lebih membosankan dan menyebalkan selain menunggu. Di sana aku harus beradu dengan sekeping receh kemungkinan. Ya atau tidak terjadi sama sekali. Ibarat koin receh, dua sisinya begitu mengguncang batin dan jiwa siapa saja ketika seayun saja sebuah tangan melemparkannya membuat jejak tegak yang kasat mata. Dan ketika terjatuh kembali ke tanah dalam daya tarik gravitasinya, di sanalah semua penantian kita berakhir, meski terkadang sebuah impian harus dipaksa lenyap.
Tak ada masalah dalam kegiatan yang telah biasa ku jalani beberapa bulan ini sebenarnya. Tak ada jadwal yang berubah dari biasanya. Pagi dengan rutinitasku di kampus dan beberapa bangku sekolah, siang dengan waktu waktu lengang yang nyaris tak pernah terasa senggang, sore dengan kebersamaan berbagi cerita dan pengalaman, dan malam hilang dalam pejam yang padam. Hanya saja sejak saat itu, saat ibu mulai melepaskan salam takdhim telapak tanganku satu tahun lalu. Aku mulai dipaksa perlahan bagaimana mempermainkan sebuah rasa. Memainkan hati sendiri, merasakan pedihnya dan menikmati sukanya.
....
Umi berapa tahun nanti di sana?
nice blog.....
BalasHapusSemangat trus bwt ngeblog...:)
Folback : ndrakster.blogspot.com