Alang alang meliuk
mengikuti aliran desah angin yang menari bersama malam
ia tak terlihat
namun siapapun merasakan kehadirannya.
Alang alang meliuk
berkali kali ia bermain dengan sentuhan angin yang meniup batangnya
putihnya tak berpendar dalam kegelapan
lembutnya mengakui tahtanya
walau malam sedang berkuasa
Alang alang meliuk
ia berdebat dengan angin malam
dan mulai menikmati kebersamaan itu
lenggok kanan dan lenggok kiri
memperindah aura alang alang
dan angin memahami itu semua
Alang alang meliuk
percikan air danau mengusik tenang alang
beringsut hujatan ke angin
ga bertanggung jawab
Alang alang meliuk
angin menegang
namun semuanya tetap lancar
hanya kebersamaan itu terpaksa melenyap
hilang tanpa jejak
(Kayu lipat, 26 ramadlan, 00:00)
Jumat, 26 Agustus 2011
Kosong,
beberapa hari ini, laysa hanya dapat menemui kosong
ia sedang mencari sesuatu
namun berkali kali ia harus malu karena keliru,
laysa berkali kali keliru memahami yang dicarinya itu,
entah karena kosong itu,
ataukah kosong itu yang jadi anak anak ini.
berkali ia lalai, hingga mundur muncul waktu berikut
mungkin sekitar hitungan jari di salah satu genggamannya..
tak ada yang bisa ia lakukan lagi
kecuali hanya tetap melakukannya, walau waktunya bukan waktunya lagi.
laysa bukan tak tahu,
bukan pula lupa.
mungkin sebagian dari salahnya sendiri,
laysa lebih memilih untuk menanti waktu.
padahal jelas, waktu tak mau dinanti.
ia hanya ingin hidup sendiri.
dan sang waktu pun tetap bergeming dalam hatinya,
"kenapa kau salahkan diriku???
kau pun tahu aku gak mau ditunggu!!"
kata sang waktu pada khalayaknya, termasuk laysa
laysa kembali meneruskan pencariannya,
namun berkali beberapa hari ini,
ia hanya bertegur sapa dengan sang kosong yang masiiihh saja gemar dijumpainya tanpa sengaja itu.
namun malam membawanya terlelap dalam pencariannya yang penat.
laysa berdoa,
menangkupkan kedua telapak tangannya di hadapan wajahnya yang menunduk,
ya ALLAH, maha suci Engkau,
sesungguhnya hamba sebagian mereka yang dholim...
penuhi jiwaku dengan cintaMu, Allah...
ia sedang mencari sesuatu
namun berkali kali ia harus malu karena keliru,
laysa berkali kali keliru memahami yang dicarinya itu,
entah karena kosong itu,
ataukah kosong itu yang jadi anak anak ini.
berkali ia lalai, hingga mundur muncul waktu berikut
mungkin sekitar hitungan jari di salah satu genggamannya..
tak ada yang bisa ia lakukan lagi
kecuali hanya tetap melakukannya, walau waktunya bukan waktunya lagi.
laysa bukan tak tahu,
bukan pula lupa.
mungkin sebagian dari salahnya sendiri,
laysa lebih memilih untuk menanti waktu.
padahal jelas, waktu tak mau dinanti.
ia hanya ingin hidup sendiri.
dan sang waktu pun tetap bergeming dalam hatinya,
"kenapa kau salahkan diriku???
kau pun tahu aku gak mau ditunggu!!"
kata sang waktu pada khalayaknya, termasuk laysa
laysa kembali meneruskan pencariannya,
namun berkali beberapa hari ini,
ia hanya bertegur sapa dengan sang kosong yang masiiihh saja gemar dijumpainya tanpa sengaja itu.
namun malam membawanya terlelap dalam pencariannya yang penat.
laysa berdoa,
menangkupkan kedua telapak tangannya di hadapan wajahnya yang menunduk,
ya ALLAH, maha suci Engkau,
sesungguhnya hamba sebagian mereka yang dholim...
penuhi jiwaku dengan cintaMu, Allah...
Rabu, 24 Agustus 2011
O,
Judul ini mungkin terkesan 'singkat amat!', atau mungkin jika ada di sela percakapan maka batin pihak kedua 'gitu doang?'
Ya, silakan guncang imajinasi masing masing. Bagaimana kita menyikapi lingkaran kecil tanpa ujung itu, dan bagaimana kita membawanya berinteraksi dengan yang lainnya.
Ketika nafida menggunakan satu huruf itu dalam dialog langsung terkadang nafida tidak menemukan kesulitan berarti dalam percakapan itu. SekalipuN ada, percikan masalah itu akan segera berakhir dengan cepat.
Bayangin saja, ketika misalnya kamu bercerita tentang ketidaknyamananmu dengan sikap salah seorang teman, dan hanya ditanggapi dengan 'O,'
Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi sesaat setelah sehuruf tanpa ujung itu meluncur dari lisan pihak kedua. Dan itu semua tergantung sifat masing masing.
Saya salah seorang yang bisa dibilang sering menggunakan satu huruf mujarab itu dalam sms communications, dan dari beberapa teman yang saya kirimi sms yang sangat singkat itu, kebanyakan menunjukkan respons yang tidak sangka sebelumnya.
Kemungkinan kemungkinan itu mungkin adalah sebagai berikut :
1. memutuskan hubungan komunikasi yang sedang asyik asyiknya,
misalnya dengan tidak membalas lagi sms sms sebelumnya dan mengakhiri tanpa ada salam perpisahan. Ini kalau dalam komunikasi langsung yang menggunakan sarana tidak langsuns. Yup, sms.
Atau tiba tiba diam dan tidak lagi melanjutkan ceritanya, jika komunikasi itu berlangsung secara langsung tanpa sarana kecuali hati dan beberapa jarak temapat duduk. Atau mungkin juga, pihak pencerita berkata, ''Kamu ko gitu sih, tanggepannya dong??''
2. tetap melanjutkan komunikasi seru itu dengan tapi,
ya, seperti yang saya alami. Sms-an kami tetap berlangsung seru, tapi temen saya mengajukan syarat dengan membalas sms O saya dengan,
"""Na, jangan terlalu hemat ya sms-nya. Tar diskonek berabe tauk"""
Dan otomatis saya menjawab sms itu dengan 'OK,' hehe
Pihak kedua mungkin dengan mengatakannya secara blak blakan seperti itu dan tanpa memutuskan sms-annya.
3. tetap seru berkomunikasi walau dengan sangaaaat hemat,
Baru ada satu teman saya yang mungkin bisa dibilang bisa menerima apa adanya. Tak lain dan tak bukan adalah karena ia tak pernah ambil pusing dengan bagaimanapun bentuk komunikasi saya dengannya. Entah hanya dengan satu huruf tanpa ujung itu atau huruf huruf yang lain, atau bahkan hanya dengan satu tanda baca, misalnya tanda tanya dan tanda pentung dalam sebuah sms. Dan dengan teman saya yang satu ini, saya lebih bisa berheemat energi, kata, dan sms. Haha,
Pernah dalam salah satu komunikasi langsung kami,
"Boleh ngikut??"
dan jawaban saya saat itu adalah dengan sedikit menunduk dan kacamata agak turun mendekati ujung hidung dengan mata tetap meliahat ke arahnya. Hehe, yang artinya WHAtt?? dan inti dari jawabn itu adalah tak perlulah ikut ikut saya.
begitulah hingga saya rasa saya harus membaginy ake nafida, jendela kecil kita semua, bukan satu tapi menyatu.
Dan inti yang say aharapkan dari secuil share ini adalah,
bagaimanapun kita, sosial tetap menilai bagaimana kita.
Ya, silakan guncang imajinasi masing masing. Bagaimana kita menyikapi lingkaran kecil tanpa ujung itu, dan bagaimana kita membawanya berinteraksi dengan yang lainnya.
Ketika nafida menggunakan satu huruf itu dalam dialog langsung terkadang nafida tidak menemukan kesulitan berarti dalam percakapan itu. SekalipuN ada, percikan masalah itu akan segera berakhir dengan cepat.
Bayangin saja, ketika misalnya kamu bercerita tentang ketidaknyamananmu dengan sikap salah seorang teman, dan hanya ditanggapi dengan 'O,'
Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi sesaat setelah sehuruf tanpa ujung itu meluncur dari lisan pihak kedua. Dan itu semua tergantung sifat masing masing.
Saya salah seorang yang bisa dibilang sering menggunakan satu huruf mujarab itu dalam sms communications, dan dari beberapa teman yang saya kirimi sms yang sangat singkat itu, kebanyakan menunjukkan respons yang tidak sangka sebelumnya.
Kemungkinan kemungkinan itu mungkin adalah sebagai berikut :
1. memutuskan hubungan komunikasi yang sedang asyik asyiknya,
misalnya dengan tidak membalas lagi sms sms sebelumnya dan mengakhiri tanpa ada salam perpisahan. Ini kalau dalam komunikasi langsung yang menggunakan sarana tidak langsuns. Yup, sms.
Atau tiba tiba diam dan tidak lagi melanjutkan ceritanya, jika komunikasi itu berlangsung secara langsung tanpa sarana kecuali hati dan beberapa jarak temapat duduk. Atau mungkin juga, pihak pencerita berkata, ''Kamu ko gitu sih, tanggepannya dong??''
2. tetap melanjutkan komunikasi seru itu dengan tapi,
ya, seperti yang saya alami. Sms-an kami tetap berlangsung seru, tapi temen saya mengajukan syarat dengan membalas sms O saya dengan,
"""Na, jangan terlalu hemat ya sms-nya. Tar diskonek berabe tauk"""
Dan otomatis saya menjawab sms itu dengan 'OK,' hehe
Pihak kedua mungkin dengan mengatakannya secara blak blakan seperti itu dan tanpa memutuskan sms-annya.
3. tetap seru berkomunikasi walau dengan sangaaaat hemat,
Baru ada satu teman saya yang mungkin bisa dibilang bisa menerima apa adanya. Tak lain dan tak bukan adalah karena ia tak pernah ambil pusing dengan bagaimanapun bentuk komunikasi saya dengannya. Entah hanya dengan satu huruf tanpa ujung itu atau huruf huruf yang lain, atau bahkan hanya dengan satu tanda baca, misalnya tanda tanya dan tanda pentung dalam sebuah sms. Dan dengan teman saya yang satu ini, saya lebih bisa berheemat energi, kata, dan sms. Haha,
Pernah dalam salah satu komunikasi langsung kami,
"Boleh ngikut??"
dan jawaban saya saat itu adalah dengan sedikit menunduk dan kacamata agak turun mendekati ujung hidung dengan mata tetap meliahat ke arahnya. Hehe, yang artinya WHAtt?? dan inti dari jawabn itu adalah tak perlulah ikut ikut saya.
begitulah hingga saya rasa saya harus membaginy ake nafida, jendela kecil kita semua, bukan satu tapi menyatu.
Dan inti yang say aharapkan dari secuil share ini adalah,
bagaimanapun kita, sosial tetap menilai bagaimana kita.
Selasa, 23 Agustus 2011
Status Fb
Suatu saat di perjumpaan dengan teman lamaku, ia bercerita tentang salah satu teman lamanya, yang telah dikenalnya agak lama sejak masih duduk di bangku sma. Dan saat ini kami telah mengenyam pendidikan yang sering disebut kebanyakan orang dengan kuliah.
Teman lama teman lamaku itu adalah seorang yang menurutku tingkat intelektualnya tak bisa diremehkan begitu saja. Sebetulnya ia bisa juga disebut teman lamaku, karena setahun lalu teman lama teman lamaku itu mengikuti tes masuk ke jenjang perkuliahan sebuah perkuliahan yang sama denganku, bahkan nomor urut tes kami hanya terpaut beberapa nomor saja. Tapi, karena selama masa kebersamaan kami itu tak ada interaksi apapun, kecuali hanya mengetahui keberadaan satu sama lain. Saya menunggu giliran tes lisan di bagian perempuan dan dia menunggu giliran tes lisan di bagian laki laki. Begitulah, hingga menurut saya, kurang pantas jika saya menyebutnya sebagai teman tanpa ada interaksi pertemanan apapun.
Ya, teman lamaku, Fafa, bercerita tentang teman lamanya yang semakin meningkat saja kekritisannya sejak ia kuliah. Dan yang membuat saya tertarik untuk berbagi di blog jendela kecil ini adalah teman lama Fafa itu berkata,
'' Status fb mahasiswa Indonesia percintaan melulu isinya. Curhat lah, apa lah. Kapan Indonesia mau maju??''
Saya yang juga seorang mahasiswa dan fb user, sedikit tersedak mendengarkan cerita kecil teman lamaku. Hm, bukankah ia juga seorang mahasiswa INDONESIA. Ya, memang ada perbedaan antara Fafa, saya, dan teman lamanya itu. Fafa diterima di institut Negeri, saya hanya seorang mahasiswa di lembaga swasta dan baru angkatan kelima sejak tahun pertama berdirinya, dan teman lama Fafa itu mampu kuliah di salah satu perkuliahan tertua di dunia, bukan di Indonesia.
Kedua tandukku nyaris muncul saat itu, tapi tak bisa juga jika aku menyalahkan perkataan teman lama Fafa itu. Lihat saja wall wall fb teman kita, atau tak usah jauh jauh ke teman lah. Wall fb kita sendiri, apakah bisa disebut wall seorang mahasiswa??
Mahasiswa, yang di tangannya tersimpan gambaran nasib penduduk Indonesia masa depan. Yang di punggungnya kesejahteraan warga negara Indonesia berada. Yang di hatinya ketentraman masa depan rakyat Indonesia masih dirahasiakan oelh sang Maha Perencana.
Dan seketika tanduk singgungku seketika layu, malu. Aku sendiri, memang sering menggunakan fb app itu untuk mendengarkan komentar2 teman fb ku yang kebanyakan tak ku kenal itu, walau bukan urusan cinta cinta yang seperti dikeluhkan teman lama Fafa itu sih. Tapi, harus ku akui, terkadang aku lebih memilih untuk tidak ambil pusing atau bahkan tak perduli dengan segala masalah yang menghantui Negeri Raya ini. Dan aku tertampar dengan kata kata teman lama Fafa tadi.
Mau jadi apa wahai mahasiswa Indonesiaaaa?????
Kau yang kuliah di jurusan kedokteran,
apa sudah cukupkah kau mengubah nasib bangsa dengan hanya duduk memeriksa, menulis resep, dan meminta pasien pasienmu menebusnya di apotek? dengan sekian persen adalah jatah untukmu???
Kau yang kuliah di jurusan Syariah,
sudah layakkah disebut bertanggung jawab sedang memperingatkan anak kecil untuk mensucikan kaki dulu sebelum menginjak lantai surau, kau lebih memilih untuk diam??
dan menyimpan semua hukum Allah di dalam benakmu??
Kau yang kuliah di perfilman,
tak malukah dengan jumlah peminat film Negeri kita lebih sedikit jumlahnya??
Dan Kau Kau yang kuliah di jurusan masing masing,
mau diapakan Negeri kita ini dengan modul modul kuliah kita??
mau dikemanakan nasib bangsa kita nanti dengan gelar gelar sarjana, master, dan doktor kalian nanti??
Sejenak,
kadang kita memerlukan sejenak waktu untuk kembali meluruskan niat kita dalam perkuliahan. Dan menata kembali maket maket yang hampir membelok dari cita awal kita..
Terimakasih, teman lama teman lamaku..
--kayangan, 22:30, 23 ramadlan 1432 H--
Teman lama teman lamaku itu adalah seorang yang menurutku tingkat intelektualnya tak bisa diremehkan begitu saja. Sebetulnya ia bisa juga disebut teman lamaku, karena setahun lalu teman lama teman lamaku itu mengikuti tes masuk ke jenjang perkuliahan sebuah perkuliahan yang sama denganku, bahkan nomor urut tes kami hanya terpaut beberapa nomor saja. Tapi, karena selama masa kebersamaan kami itu tak ada interaksi apapun, kecuali hanya mengetahui keberadaan satu sama lain. Saya menunggu giliran tes lisan di bagian perempuan dan dia menunggu giliran tes lisan di bagian laki laki. Begitulah, hingga menurut saya, kurang pantas jika saya menyebutnya sebagai teman tanpa ada interaksi pertemanan apapun.
Ya, teman lamaku, Fafa, bercerita tentang teman lamanya yang semakin meningkat saja kekritisannya sejak ia kuliah. Dan yang membuat saya tertarik untuk berbagi di blog jendela kecil ini adalah teman lama Fafa itu berkata,
'' Status fb mahasiswa Indonesia percintaan melulu isinya. Curhat lah, apa lah. Kapan Indonesia mau maju??''
Saya yang juga seorang mahasiswa dan fb user, sedikit tersedak mendengarkan cerita kecil teman lamaku. Hm, bukankah ia juga seorang mahasiswa INDONESIA. Ya, memang ada perbedaan antara Fafa, saya, dan teman lamanya itu. Fafa diterima di institut Negeri, saya hanya seorang mahasiswa di lembaga swasta dan baru angkatan kelima sejak tahun pertama berdirinya, dan teman lama Fafa itu mampu kuliah di salah satu perkuliahan tertua di dunia, bukan di Indonesia.
Kedua tandukku nyaris muncul saat itu, tapi tak bisa juga jika aku menyalahkan perkataan teman lama Fafa itu. Lihat saja wall wall fb teman kita, atau tak usah jauh jauh ke teman lah. Wall fb kita sendiri, apakah bisa disebut wall seorang mahasiswa??
Mahasiswa, yang di tangannya tersimpan gambaran nasib penduduk Indonesia masa depan. Yang di punggungnya kesejahteraan warga negara Indonesia berada. Yang di hatinya ketentraman masa depan rakyat Indonesia masih dirahasiakan oelh sang Maha Perencana.
Dan seketika tanduk singgungku seketika layu, malu. Aku sendiri, memang sering menggunakan fb app itu untuk mendengarkan komentar2 teman fb ku yang kebanyakan tak ku kenal itu, walau bukan urusan cinta cinta yang seperti dikeluhkan teman lama Fafa itu sih. Tapi, harus ku akui, terkadang aku lebih memilih untuk tidak ambil pusing atau bahkan tak perduli dengan segala masalah yang menghantui Negeri Raya ini. Dan aku tertampar dengan kata kata teman lama Fafa tadi.
Mau jadi apa wahai mahasiswa Indonesiaaaa?????
Kau yang kuliah di jurusan kedokteran,
apa sudah cukupkah kau mengubah nasib bangsa dengan hanya duduk memeriksa, menulis resep, dan meminta pasien pasienmu menebusnya di apotek? dengan sekian persen adalah jatah untukmu???
Kau yang kuliah di jurusan Syariah,
sudah layakkah disebut bertanggung jawab sedang memperingatkan anak kecil untuk mensucikan kaki dulu sebelum menginjak lantai surau, kau lebih memilih untuk diam??
dan menyimpan semua hukum Allah di dalam benakmu??
Kau yang kuliah di perfilman,
tak malukah dengan jumlah peminat film Negeri kita lebih sedikit jumlahnya??
Dan Kau Kau yang kuliah di jurusan masing masing,
mau diapakan Negeri kita ini dengan modul modul kuliah kita??
mau dikemanakan nasib bangsa kita nanti dengan gelar gelar sarjana, master, dan doktor kalian nanti??
Sejenak,
kadang kita memerlukan sejenak waktu untuk kembali meluruskan niat kita dalam perkuliahan. Dan menata kembali maket maket yang hampir membelok dari cita awal kita..
Terimakasih, teman lama teman lamaku..
--kayangan, 22:30, 23 ramadlan 1432 H--
Minggu, 21 Agustus 2011
21 Ramadlan
Ramadlan kali ini, entah lenyap atau hilang. aku tak bisa atau memang tak terbiasa meresapi ramadlan kali ini.
Langganan:
Postingan (Atom)